Dunia perfilman kembali membuktikan perannya sebagai jembatan penghubung lintas daerah melalui kunjungan Komunitas Putra Putri Sanggau dan Antusfilms dari Kalimantan Barat ke Gresik, Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung selama 6 jam yang mempertemukan Komunitas Sanggau dengan Gresik Movie dan Yayasan Gang Sebelah. Momen berharga ini menjadi ajang berbagi pengalaman, berdiskusi, serta mempererat hubungan dan kerja sama di bidang perfilman maupun kebudayaan.
Rangkaian acara dimulai dengan eksplorasi budaya dan sejarah Gresik, di mana para rombongan dari Sanggau yang juga didampingi oleh Independen Film Surabaya (Infis) diajak mengunjungi beberapa destinasi ikonik, seperti Menara Garling yang menjadi penanda perjuangan warga Gresik, Kantor Pos, dan Makam Nyai Ageng Pinatih yang sarat dengan nilai sejarah dan religi. Perjalanan tersebut diakhiri dengan makan bersama di Rumah Nyai, menikmati kelezatan kuliner bandeng keropok, yang menjadi salah satu daya tarik kuliner di Kabupaten Gresik.
Setelah agenda wisata budaya dan kuliner, acara dilanjutkan dengan sesi nonton bersama yang menjadi momen puncak kegiatan. Dalam sesi ini, dua film hasil karya masing-masing komunitas diputar. Film pertama, “Sisa Satu” karya Komunitas Antusfilms dari Sanggau, mengangkat humor dan dinamika khas tongkrongan anak muda yang mencerminkan sisi unik kehidupan sosial di Kalimantan maupun budaya di Indonesia. Sementara itu, Gresik Movie menampilkan film “Gemintang”, yang menggambarkan realitas industrialisasi di Kota Pudak, dengan fokus pada dampak polusi yang semakin mengkhawatirkan. Kedua film tersebut menjadi cerminan potensi besar komunitas perfilman lokal dalam mengemas cerita yang relevan sekaligus dekat dengan masyarakat.
Rangkaian acara ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang memberikan ruang bagi keempat komunitas untuk berbagi pandangan dan pengalaman seputar pergerakan kebudayaan. Tema diskusi mencakup berbagai aspek, mulai dari perkembangan film di daerah masing-masing, tantangan yang dihadapi komunitas kreatif lokal, hingga peluang kolaborasi di masa depan. Suasana diskusi berlangsung hangat dan penuh antusiasme, di mana berbagai gagasan segar mencuat, seperti rencana kolaborasi distribusi film lintas daerah hingga peluang untuk kerjasama lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komunitas Putra Putri Sanggau, Baliya Tiakh Alqadri mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan ini. Ia mengatakan, “Kunjungan ini memberikan pengalaman yang berbeda karena selain diskusi kami diajak untuk berkunjung ke beberapa tempat bersejarah di gresik dan untuk kedepannya semoga bisa terus menjalin komunikasi satu sama lain.“
Acara ini tidak hanya menjadi ajang mempererat hubungan lintas daerah, tetapi juga menjadi bukti bahwa perfilman lokal mampu menjadi alat efektif untuk memajukan budaya dan industri kreatif di Indonesia. Harapan besar muncul dari kedua komunitas, bahwa langkah kecil ini dapat memicu semangat kebersamaan untuk memperkaya perfilman nasional, sekaligus meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya-karya film lokal. Kegiatan seperti ini juga diharapkan menjadi pemantik bagi komunitas lain untuk menjalin hubungan serupa demi memajukan perfilman Indonesia secara kolektif.
Gang Sebelah
Yayasan Gang Sebelah didirikan pada Tahun 2017, sebagai bentuk upaya dalam melakukan penelitian, pengarsipan dan pengembangan Kebudayaan.