Beranda » ONOMASTIKA

ONOMASTIKA

Puisi dipilih sebagai bahan dasar penciptaan lagu Onomastika, karena kelebihannya mampu merangkum hal-hal yang tidak mampu dinarasikan dengan baik. Metafora bukan faktor utama. Namun pengendapan pikiran yang berupa puisi nampaknya sudah berbunyi sebelum dinyanyikan. Itu yang kemudian ditemukan pada karya milik Sastrawan Gresik, seperti Lenon Machali (alm) dan Dewi musdalifah

Hujan Pertama, Sendiri, Hening, Kepada yang Lalu, Jam Tenang dan Perahu Sampanmu, adalah enam judul lagu yang jika tanpa diberi tanda koma seolah menjadi satu kalimat—yang menghadirkan perenungan tentang pengalaman banyak orang. Judul-judul tersebut adalah lagu alihwahana dari puisi yang menjadi mini album pertama Onomastika. Maka alat-alat yang menimbulkan bunyi suasana, dipilih untuk mengisi instrumen dan menambah gairah panggung sebagai ilustrasi dari puisi itu sendiri.

Maret 2019 dipilih untuk menjadi waktu Onomastika menyelenggarakan konser pertamanya yang bertajuk Pamit. Hasil rekam konser tersebut dikemas menjadi sebuah album live bertajum Musim yang merekam mereka membawakan enam lagu dalam mini album dan empat puisi baru; Hujan Keringat Tawar, Lelaki di Dermaga dan Pasar Loak karya Bapak Lenon Machali (alm), serta Musim karya Ibu Dewi Musdalifah.

Awalnya Onomastika berdiri dengan enam personilnya; Ayuning Tyas, Hidayatun nikmah, Khusnul Khorid, Fais Ramadhan, Ahmadi Ali Ashari dan Bambang Setiawan. Yang kesemuanya bermula dari proses bersama di kelompok teater dan film kota Gresik. Hal itu yang kemudian juga memberi pengaruh dalam proses penciptaan karya bahkan melatar belakangi ideologi Onomastika yang dijalankan.

TONTON VIDEO KONSER DI KANAL YOUTUBE ONOMASTIKA

DENGARKAN LAGU-LAGU ONOMASTIKA DI SPOTIFY
Kembali ke atas