Bismillah, izinkan saya memberi pengantar kata dalam kapasitas sebagai Pembina Yayasan Gang Sebelah, sekaligus penyaksi kerja-kerja kebudayaan yang dilakukan oleh yayasan ini.
Kami berupaya memahami kebudayaan sebagai sistem simbol, yang terdiri dari berbagai sistem tanda yang kemudian dijadikan konvensi sosial masyarakat. Beragam sistem simbol ini melahirkan ideologi yang bertarung dan memainkan kuasanya. Keberagaman ideologi ini saling berebut menciptakan simbol aktivitas kebudayaan. Yayasan Gang Sebelah merespons kerja kebudayaan di wilayah estetika dan menjaga keseimbangan nilai ideologi yang tumbuh di kota Gresik dengan cara mengkritik ketimpangan. Di antaranya, akibat industrialisasi.
Berangkat dari isu lingkungan, kemasyarakatan, kemanusiaan, dan kesejahteraan, Yayasan Gang Sebelah tidak hanya menjaga nilai-nilai estetika dengan membangun komunitas kreatif sebagai salah satu aset kota. Lebih jauh, juga berupaya memperkaya simbol kebudayaan melalui kesenian, pengembangan intelektual, dan pertumbuhan pengetahuan.
Di wilayah estetika, Yayasan Gang Sebelah membangun komunitas Gresik Movie, Onomastika Musik, Sanggar Teater Intra, dan Perpustakaan Rubamerah, sebagai wadah proses kreatif dan presentasi karya yang dipersembahkan untuk Gresik.
Melalui Kedai Kopi Gresiknesia, Yayasan Gang Sebelah membuka ruang-ruang alternatif bagi diskusi, ekshibisi karya, penginapan, ruang baca, fasilitas pengaryaan, dan ekonomi kreatif. Meniatkan Gresiknesia sebagai area lalu lintas pikiran, ide-ide, maupun pusaran energi kreatif, ia memfungsikan diri sebagai rumah singgah bagi para pelaku kebudayaan dari kota lain yang berkunjung ke Gresik. Dengan gerakan swadaya, Yayasan Gang Sebelah bersikap militan dan menggunakan mata uang yang biasa kami sebut: “kolaborasi” dalam setiap momen penyelenggaraan peristiwa kebudayaan, dalam hal ini salah satunya adalah museum.
Gerakan kebudayaan yang ideal hakikatnya harus mampu menjaga nilai dan ideologi yang baik. Dengan demikian, sifatnya tidak merusak, serta memiliki daya kritik terhadap penyimpangan yang terjadi. Tentunya, sekaligus menawarkan kekayaan gagasan kebudayaan. Upaya menjaga nilai ini bisa ditempuh dengan cara memelihara
dan mengasah potensi kemanusiaan sebagai makhluk yang memiliki pengetahuan, nurani, dan pikiran kritis.
Semesta kebudayaan di Gresik memilliki potensi yang sarat ketegangan. Benturan gagasan kerap kali menjadi persoalan egosentral. Ini bisa jadi disebabkan oleh minimnya peran perempuan dalam konsep dan aktivitas kebudayaan. Peran perempuan di wilayah estetika adalah membuka ruang- ruang yang jarang disentuh di ranah maskulin. Misalnya, tentang kepekaan, kelembutan, rasa, dan detail atau kompleksitas.
Peran perempuan sering kali dinomorduakan. Kurang dianggap penting dan belum diapresiasi secara layak. Padahal, sejarah mencatat Gresik menyimpan deretan tokoh perempuan. Sebutlah: Fatimah binti Maimun, Waliyah Zaenab Bawean, Nyai Ageng Pinatih, dan Masmundari yang menorehkan nama besarnya dalam sejarah dan peta kebudayaan.
Maka, ketika tiga perempuan: Hidayatun Nikmah, Ayuningtyas M.R., dan Dewi Nastiti mencetuskan gagasan untuk mendokumentasikan karya Masmundari maupun perannya dalam museum visual berbasis website, Yayasan Gang Sebelah merespons dan mendukungnya.
Tim yang dikomandani tiga perempuan ini kemudian mampu membuka kunci-kunci informasi dari berbagai pihak, dan dengan potensi “puan”-nya menghadirkan karya yang estetik. Museum sebagai penyedia data yang menyimpan kekayaan narasi-narasi realitas masyarakat Gresik tentu dibutuhkan banyak pihak. Pihak yang memiliki kesadaran tinggi kepada visi, misi, dan strategi kebudayaan.
Museum Masmundari merupakan representasi dari kepedulian Yayasan Gang Sebelah terhadap aset kebudayaan Gresik. Museum yang menyediakan data karya-karya Masmundari dalam bentuk digital, menghadirkan dokumentasi dan keberagaman data yang kompleks yang bisa dipertanggungjawabkan validasinya. Data-data ini disusun untuk menghindari deskripsi tunggal tentang Masmundari. Tentu saja hal ini penting diketahui oleh publik yang lebih luas.
Harapan ke depan, Yayasan Gang Sebelah ikut berperan serta dalam pengembangan ekosistem kebudayaan bersama- sama stakeholder lainnya. Potret Kota Gresik yang sarat industrialisasi dan kurang ramah terhadap kegiatan kebudayaan, perlahan dikikis dengan upaya dan kerja-kerja panjang demi mewujudkan gagasan tentang kota yang diimpikan bersama. Sebab, kota
manusia adalah kota yang memberi rasa nyaman, menawarkan kondisi, dan tatanan yang lebih baik. Dan tentunya, mampu bersinergi dengan penghuninya.