Kurator: Raja Iqbal Islamy

Dalam kurun waktu sedekade terakhir sebelum tahun 2011, belum ditemukan adanya bukti mengenai keberadaan komunitas film di Gresik. Pada masa itu, dunia perfilman Gresik bisa dibilang kering akan ruang-ruang pemutaran maupun kegiatan yang terjalin berkelindan. Seakan ingin mengisi kekosongan tersebut, Gresik Movie lahir menghidupkan semesta sinema kabupaten. Diprakarsai delapan pemuda, Gresik Movie resmi memulai pelayaran perfilmannya tepat pada 28 Oktober 2011.
Seiring perjalanan waktu, Gresik Movie bisa dicap sebagai kelompok yang cukup progresif, subversif, dan disiden. Hal ini tercermin dalam beberapa karya produksinya, seperti film “Di Suatu Tempat, Di Mana Pernah Ada Kita” yang digarap pada tahun 2016. Film ini mengisahkan tentang “perjuangan” seorang anak yang ingin menjadi petani usai mendengar informasi tentang kotanya menuju swasembada pangan, namun terenggut oleh masifnya pembangunan industri. Kemudian film “Gemintang” pada tahun 2020 yang menceritakan dua orang anak kesulitan mencari bintang di langit tempat tinggalnya gara-gara industri yang polutif.

Tidak hanya dalam karya filmnya, hal-hal berbau perlawanan, perjuangan, dan pencerahan juga mewujud dalam gerakan, kegiatan, dan ruang-ruang alternatif yang mereka ciptakan. Seperti, Layar Tancap Gresik, Kenduri Sinema, Mengintip Gresik, dan lainnya. Dalam agenda-agenda itu, film tidak hanya berhenti sebagai tontonan, melainkan dilanjutkan sebagai bentuk tuntunan terhadap lenyapnya ingatan-ingatan kolektif masyarakat yang kurang terwakili dan sering terabaikan. Pada akhirnya, Gresik Movie menjadikan film dan agenda mereka sebagai sebuah alat atau media untuk berbagi tentang tempat tinggalnya.
Berbicara terkait berbagi tentang tempat tinggal, Gresik Movie seperti ditakdirkan hadir untuk kerja-kerja demikian. Membayangkannya sebagai sebuah kapal yang berlayar di samudra sinema dan lautan kehidupan, Gresik Movie bersama awaknya telah berhasil berlabuh di 18 kecamatan Kabupaten Gresik untuk menggelar ruang-ruang alternatif dan pemutaran. Kegiatan itu tuntas dalam tajuk Sapa Sinema, hasil dari kerja sama dengan Kemendikbudristek. Bahkan tidak hanya di Gresik, mereka juga telah banyak memenuhi undangan untuk berbagi cerita tentang tempat tinggal di tempat tinggal orang. Dalam agenda akbar terakhirnya, Gresik Movie sukses berkeliling sepuluh kota di Jawa Timur dengan mengusung program Sebar Kabar. Dalam program ini, Gresik Movie mengadakan pertemuan, bertukar cerita, dan juga menyebar kabar dalam bentuk lokakarya dengan seribu peserta yang terdiri dari para pelajar.
Lagi dan lagi, Gresik Movie terus dibersamai takdirnya untuk berbagi tentang tempat tinggal. Selain melalui festival-festival, ekshibisi, dan kerja sama dengan platform pemutaran, layar yang mereka kembangkan singgah juga di negeri orang. Usai melewati perjalanan panjang dari ajang FESTIF, Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF), FSM, dan lainnya, salah satu film mereka akhirnya berlabuh sejenak di International Film Market, Marche du Films Festival de Cannes, Prancis. Usai kepulangan, pelayaran terus dilanjutkan. Sadar bahwa berbagi tentang tempat tinggal dan “berkembang” akan lebih menyenangkan jika tidak “sendirian”, maka gerakan Gresik Bikin Film pun diluncurkan. Program ini digagas untuk mendukung komunitas atau kolektif lain di Gresik dalam membikin sebuah film. Tawaran yang diberikan berupa bentuk pendampingan dan penyediaan fasilitas.

Syahdan, layar yang telah dikembangkan sejak 2011 itu, kini menuju 14 tahun perjalanan. Meski pada awalnya berangkat dengan penuh keterbatasan, seperti dalam hal peralatan, sumber daya, dan lainnya, mereka sepakat bahwa layar sinema harus tetap ditegakkan dan terus menjaganya berkembang demi mencapai sebuah tujuan. Oleh mereka, pameran arsip dipilih sebagai salah satu jalur pelayaran berikutnya. Pameran arsip ini bukan sekadar tumpukan dokumen dan gambar lama, melainkan jejak kreativitas perfilman di tengah keterbatasan serta upaya membaca ulang proses kerja kolektif dan menyadari bahwa arsip tidak selalu hadir sebagai sesuatu yang lampau—ia bisa hidup, bergerak, dan terus tumbuh bersama komunitas yang mencintai tempat tinggalnya.
Layar Berkembang: Pameran Arsip 14 Tahun Gresik Movie berlangsung sejak 14 Juli hingga 14 Agustus 2025 berlokasi di Loteng Kemasan Sualoka Hub, Gresik. Pameran ini terbagi dalam empat area tematik: Jalur Pelayaran, Arah Haluan, Navigasi Sinema, dan Strategi Pelayaran. Selain itu, juga terdapat program Rooftalk, Kelas Memasak Cerita, Perilisan Buku, Bincang Sinema, Pertunjukan Monolog dan Layar Tancap Kemasan.
Program Plan Layar Berkembang Gresik Movie Archive Exhibition
Pembukaan | 14 Juli 2025 |
Rooftalk | 19-20 Juli 2025 |
Pelatihan Pembuatan Film “Gresik Movie Memasak Cerita” | 25-26 Juli 2025 |
Tur Kurator | 27 Juli 2025 |
Tur Kurator | 1 Agustus 2025 |
Pertunjukan Monolog “Mungkin nanti, tanah Tenggara dan Bandar Grissee di Pesisir utara tak lagi ada” | 2 Agustus 2025 |
Kurator Talk | 3 Agustus 2025 |
Peluncuran & diskusi Buku Ngobrol Bareng Gresik Movie | 9 Agustus 2025 |
Tur Kurator | 10 Agustsus 2025 |
Layar Tancap Kemasan | 14 Agustus 2025 |
Gang Sebelah
Yayasan Gang Sebelah didirikan pada Tahun 2017, sebagai bentuk upaya dalam melakukan penelitian, pengarsipan dan pengembangan Kebudayaan.