Museum Masmundari merupakan museum virtual pertama yang pernah ada. Museum ini dibuat untuk mengenang hasil karya seni dan kehidupan sang pelukis damar kurung yang terkenal, yaitu Masmundari. Selain itu, juga bertujuan agar karya seni damar kurung ini tidak punah dan dapat tetap diperkenalkan kepada masyarakat luas. Museum Masmundari ini tidak bersifat pada umumnya karena dibentuk secara virtual atau melalui situs web. Hal itu yang menjadikan museum ini unik dan berbeda dari museum lainnya. Karya yang dipajang atau ditampilkan dalam museum Masmundari mulai dari tahun 1985 sampai karya akhir hayatnya, yaitu tahun 2005.
Masmundari merupakan seniman lukis damar kurung. Damar kurung merupakan karya lukisan yang dibuat dengan memakai empat sisi yang dijadikan menyerupai lampion. Damar Kurung ini merupakan karya seni yang hampir keseluruhan menceritakan mengenai keseharian, hari-hari besar, dan hari-hari penting yang biasa terjadi di Indonesia.
Masmundari sudah melakukan pekerjaannya sebagai pelukis damar kurung sejak usia 40 tahun hingga akhir hayatnya, yaitu usia 101 tahun. Dalam hidupnya, Masmundari mulai serius meneruskan karya seni damar kurung yang diajarkan oleh ayahnya. Ketika itu Masmundari berusia 40 tahun. Sebelumnya Masmundari bekerja di pabrik roti dan permen. Namun, ketika ayahnya telah tiada, Masmundari memutuskan untuk mengikuti jejak adik-adiknya, yaitu menjadi pelukis damar kurung sebagai pekerjaan dan pendapatan utama.
Masmundari membuat karya seninya dengan menggunakan imajinasi. Ia melihat objek berupa keseharian masyarakat untuk dijadikan sebagai konsep lukisan. Kebanyakan tema yang adalah hari-hari besar seperti hari raya atau 17 Agustus, hari penting seperti kehamilan atau kelahiran, dan juga keseharian seperti pasar. Ada pula karya yang dibuat berdasarkan sejarah Belanda dengan judul karya “Nyonya Muluk” yang saat itu ada kenaikan takhta sang ratu Belanda yang diberitakan di Indonesia.
Masmundari menggunakan cat air unik untuk melukis, yaitu pewarna makanan. Karena keinginan untuk mencukupi kehidupan keluarga sehari-hari, Masmundari memulai melukis menggunakan pewarna makanan. Namun akhirnya, pada tahun 2000-an Masmundari menggunakan cat akrilik, bahkan cat warna impor yang mahal. Warna pada lukisannya pun terlihat lebih hidup dibandingkan sebelumnya. Biasanya, Masmundari memakai warna primer karena ingin menunjukkan rasa gembira dalam lukisannya.
Beliau hanya menggambar lukisannya dari apa yang dia ingin gambar saja, melalui apa yang beliau lihat dan apa yang beliau rasakan. Beliau dapat menggambar apa yang diinginkan atau permintaan orang lain, namun hasilnya tidak akan maksimal karena gambar bukan sesuai keinginan beliau.
Menurut Rokayah, anak kandung Masmundari, beliau adalah orang yang tegas terhadap dirinya sendiri. Menurut Rokayah, anak kandung Masmundari, beliau adalah orang yang tegas terhadap dirinya sendiri. Walaupun keadaan ekonominya mengalami kekurangan atau pun merasa lelah, beliau tidak pernah mengeluh dan tidak pernah menyampaikan bahwa dia lelah ataupun merasa kesusahan. Dari situ bisa dilihat bahwa hasil karyanya merupakan cermin dari apa yang dilihat dan dipikirkan oleh Masmundari sendiri.
Museum Virtual Sebagai Jalan Alternatif
Museum Masmundari ini dibuat oleh Yayasan Gang Sebelah. Yayasan ini bertujuan untuk tetap mewariskan budaya karya seni damar kurung yang diciptakan oleh Masmundari dan tidak membiarkannya punah budaya Indonesia. Yayasan Gang Sebelah (2021:15) mengatakan bahwa damar kurung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017.
Museum Masmundari dibuat secara virtual karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat hampir semua bisnis ataupun lokasi bersejarah tidak dikunjungi atau pun ditutup. Oleh karena itu, museum ini dibuat agar semua masyarakat dapat melihat karya seni damar kurung dengan mudah di masa pandemi ini.
Museum yang dibentuk secara online ini membuat aksesnya lebih mudah dibandingkan dengan museum yang berbentuk gedung. Museum seperti biasanya membuat orang yang ingin melihatnya menjadi malas untuk pergi karena jarak atau lokasi yang jauh. Namun, ketika semua ini diganti dengan museum virtual atau online, ada kemungkinan akan lebih banyak yang akan melihat museum tersebut. Karena, hanya dengan mencari dari Google dan klik link yang tertera, masyarakat dapat memasuki Museum Masmundari ini dengan mudah. Selain itu, masyarakat dapat dengan tenang melihat, mengapresiasi, dan mengetahui lebih lanjut mengenai karya seni damar kurung yang dibuat oleh Masmundari.
Kelebihan dari museum virtual ini adalah mudahnya masyarakat untuk mengakses museum ini darimana pun dengan hanya menggunakan gawai. Kekurangannya adalah di museum virtual ini pengunjung diharuskan untuk mengikuti arahan dari situs web-nya. Pengunjung web tidak dapat kembali ke tempat sebelumnya ketika sudah menekan tombol next, baik disengaja atau tidak. Berbeda dengan melihat secara langsung, melihat lewat web akan mudah bosan, walaupun suka dengan karyanya. Suasana juga dapat memengaruhi keinginan untuk melihat karya atau tidak. Namun secara keseluruhan, jika dilihat dari kepraktisannya, museum virtual ini sangat bagus untuk keberlangsungan dan bahkan menjadi revolusi baru bagi pengelolaan museum.
Dalam museum virtual seperti ini pasti memiliki permasalahan yang sering terjadi seperti pada karya-karya yang dipublikasikan online lainnya, yaitu plagiarisme. Untuk karya seni damar kurung sendiri bisa dikatakan merupakan milik masyarakat luas, sedangkan karya seni milik atau buatan Masmundari merupakan milik Masmundari sendiri. Oleh karena itu, karya milik Masmundari tidak boleh diplagiat atau diduplikasi, direproduksi, dan dijual tanpa izin.
Selain plagiarisme, ada satu permasalahan yang biasa terjadi terhadap barang yang aslinya mahal atau bermerek yang dijual secara online, namun ternyata itu adalah barang palsu. Ini sama halnya dengan lukisan damar kurung tidak diperkenankan untuk seluruh masyarakat menjual lukisan damar kurung dengan menggunakan nama Masmundari.
Jadi tidak boleh asal mengambil nama Masmundari dan menulisnya di dalam lukisan damar kurung lain, selain karya milik dan buatan Masmundari. Jika ada orang yang memplagiarisme karya damar kurung milik Masmundari, akan dikenakan Undang-Undang pasal 113 nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta. Pelaku yang melakukan plagiarisme setidaknya akan menerima hukuman dipidana selama minimal 1 tahun dan maksimal sebanyak 10 tahun dan juga akan terkena denda sebanyak minimal 100 juta rupiah hingga 4 miliar rupiah.
Menurut pendapat penulis, Museum Masmundari ini sangatlah bagus dan menarik. Pertama, karena ini pertama kalinya penulis menemukan museum yang berjalan melewati situs web atau bersifat online yang sangat mudah untuk dicari dan diakses oleh seluruh masyarakat di manapun berada. Yang kedua, penulisdapat melihat karya-karya di dalam museum dalam jangka waktu yang lama. Tidak mengkhawatirkan jam buka ataupun jam tutup, seperti museum pada umumnya. Adanya arahan dari situs web ini sendiri sangat membantu untuk memulai dan melakukan tur museum.
Namun, sama halnya dengan museum offline atau museum pada umumnya, museum virtual ini memiliki sedikit kelemahan. Mungkin akan membuat pengunjung yang mengaksesnya akan sedikit kesal. Yaitu tidak adanya tombol back atau kembali ke tempat sebelumnya. Penulis mengalami hal ini ketika tidak sengaja menekan tombol yang tidak ada tulisannya. Akan tetapi, untuk keseluruhan, Museum Masmundari ini mungkin saja dapat menjadi revolusi baru untuk museum pada umumnya, yang sekarang masih terbatas karena masa pandemi. Museum virtual dapat menjadi jalan alternatif bagi museum lainnya.
Penulis: Alvin Gary
Editor : Abizar Purnama
*Tulisan ini merupakan ulasan dari Kelas Becoming Indonesia Universitas Ciputra setelah melakukan Tour Virtual Museum Masmundari bersama Yayasan Gang Sebelah