Pangling: Ini Asap Atau Mendung?
Bermula sekitar tahun 2015. Ketika kami rutin pergi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Dalam rangka produksi maupun seolah-olah rekreasi. Dari Giri, Gelora Joko Samudra, Bukit Suci hingga ke Bawean, kami menemukan sebuah kesadaran: Hidup di kabupaten yang sama, tapi dengan keadaan langit yang berbeda. Asap atau polusi seperti makhluk yang akrab berdampingan dengan kami. Sebagai komunitas film, tentu saja kami ingin bercerita tentang hal itu. Celetukan-celetukan mengisi hari-hari Gresik Movie. Mengandaikan bahwa Asap bisa menjelma jadi mendung.
Di penghujung tahun 2015, ketika berada di Bawean, kami melihat langit begitu menawan. Kerumunan awan seperti bukit-bukit yang terbang. Malamnya, banyak sekali kami memandang bintang-bintang berjatuhan. Orang bilang, itu salah satu waktu yang tepat untuk berdoa agar dikabulkan.
“Ya Tuhan, kami ingin terus bercerita. Film menjadi media. Semoga kami jadi komunitas yang berguna. Amin.”
Di Kota Petir: Langit Mendung, Hujan Turun, dan Suara Gemuruh.
Ketika Gresik merayakan bulan lahirnya di tahun 2017, Pesawat Citilink melakukan penerbangan di langit Jawa untuk mengantarkan penulis menemukan ceritanya di Kota Petir. Setelah lolos seleksi, bersama puluhan peserta lainnya, penulis menjadi peserta workshop pengembangan perfilman tingkat dasar yang diadakan oleh PusbangFilm Kemendikbud. Lebih dari satu Minggu di Bojongsari, Depok.
Setiap peserta kelas penulisan skenario dituntun sekaligus dituntut melahirkan skenario baru. Diskusi sejak pagi sampai malam. Dari ruang kelas hingga ruang makan. Semuanya dilakukan untuk menemukan ide cerita. Seluruh waktu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Apalagi bagi penulis yang berasal dari daerah.
Hingga pada akhirnya, ketika langit Depok mendung sejak sore, disusul hujan turun malam harinya. Petir menggelegar. Beberapa ruang sempat korsleting listriknya. Di antara suasana gelap dan suara gemericik hujan, bintang tidak menampakkan wujudnya. Mirip seperti langit Gresik sehari-harinya. Lalu, muuncul pertanyaan seperti anak kecil: Kemana perginya bintang di langit?
Setelah skenario selesai ditulis, tentu sebagai komunitas film kami ingin segera memproduksinya. Upaya-upaya mencari tim, lokasi, pengembangan, bedah skenario, pemain, dan biaya pun dilakukan. Namun saat itu gagal. Kami menemui kesulitan.
Bulan berangsur berganti tahun. Skenario berhenti di laptop. Kami tetap menjalani hari sebagaimana komunitas yang ingin terus maju. Banyak sekali peristiwa dan kegiatan yang menyibukkan. Mengisi worksop, seminar, dan menghadiri undangan talkshow stasiun tv pun kami lakukan.
Kemudian kami juga membuat tempat berkumpul bernama Omah Sinema. Lalu di tahun berikutnya, kami hentikan karena membangun rumah yang lebih besar untuk semua, yakni Gresiknesia. Sebuah tempat yang menyediakan sajian makanan dan minuman, sekaligus berjejaring.
Dalam proses tersebut, justru ide-ide lain datang. Skenario lama tidak dilupakan, tapi kami berkompromi dengan hal-hal lain yang baru datang. Film berjudul Aku Ingin Bersamamu Sehari Saja, Salah Melihat Jalan Surga, dan Hari ini Sangat Cerah, berhasil kami produksi dalam kurun waktu 2017-2019.
Belajar Memahami: Menempuh Sikap Kompromi
Di Langit Oktober: Gemintang Menampakkan Wujudnya
Sebuah informasi melalui sosial media tentang program pembiayaan film pendek sampai ke kami. Namanya, Fasilitasi Ide Sinema Kreatif (FESTIF) yang diadakan oleh Kemenparekraf. Kami mencoba kembali membuka file di laptop, mengganti judulnya menjadi Gemintang, dan menyusun proposal untuk dikirimkan.
Kabar baik! Skenario kami lolos. Skenario kami akan diwujudkan menjadi film. Langit Oktober menjadi begitu menawan. Pandemi justru menjadi fase perenungan. Penundaan kala itu, adalah cara Tuhan untuk memberi kami kesempatan lebih matang dalam mempersiapkan.
Tim dibentuk, lokasi ditemukan, pemain ditentukan, dan skenario kami diskusikan berkali-kali. Masing-masing mengerjakan sesuai fungsi. Produksi selama tiga hari yang seluruhnya malam, pemainnya adalah anak-anak dan bekerja dalam situasi terbatas karena pandemi.
Gemintang benar-benar menemui waktunya. Dukungan maupun bantuan dari beberapa pihak semakin memudahkan perjalanan skenario kami untuk difilmkan. Seperti ketika skenario ini ditulis di Depok 2017. Produksi film Gemintang pun ditutup dengan hujan deras yang turun tiba-tiba. Kami berteduh, tertawa, sambil berpikir bahwa ini pengalaman yang luar biasa.
Jalanan basah, tapi pipi kami tidak.
Senang sekali ketika kemudian mendapat kabar film kami akan tayang perdana di Jogja. Tepatnya, dalam launching film berbahasa daerah, program kerjasama antara Festif dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Dalam kegiatan tersebut, film Gemintang diputar pertama kali untuk publik dan kemudian didiskusikan. Berbagai respon baik datang. Ada yang menyampaikan pertanyaan, ada pula yang memberikan pernyataan. Di Jogja yang katanya istimewa itu, doa-doa dipanjatkan. Kami selalu berharap bahwa film Gemintang menemukan banyak penontonnya. Di manapun, kapanpun. Semoga Tuhan setuju.
FILM GEMINTANG RAIH PENGHARGAAN
22 Februari 2022. Akun resmi instagram Kemenparekraf menandai akun instagram Gresik Movie dengan unggahan foto film Gemintang. Film kami tersebut, terpilih sebagai peringkat dua Festival Sunday Movie, sekaligus menjadi nominasi “Malam Penghargaan FSM”. Kabar bahagia tersebut kami teruskan ke tim. Rasa syukur dipanjatkan, juga saling memberi ucapan selamat. Terpilihnya film Gemintang menambah gairah kami untuk terus bercerita. Semampunya, sebisanya, dan sebaik-baiknya.
Festival yang dilangsungkan mulai Februari hingga November 2022 itu, dipilih dua film terbaik setiap bulannya. Hingga akhirnya ada dua puluh film pemenang yang masuk nominasi untuk dipilih kembali pada Malam Penganugerahan. Nama Family Sunday Movie pun berganti menjadi Festival Film Bulanan. Tahun 2022 pun berakhir. Belum ada pengumuman resmi dari pihak panitia, film yang terpilih menjad juara.
Mengingat kembali produksi film Gemintang, kami selalu terharu atas bantuan dari banyak pihak. Dari mulai tenaga, pikiran, perijinan, hingga hal-hal lain yang tidak kalah penting. Itu sebabnya, kami selalu merasa film Gemintang adalah karya yang dimiliki bersama. Tuhan maha baik! 9 Januari 2023, diumumkan langsung oleh Mas Menteri Parekekraf, Sandiaga Uno, film Gemintang mendapat penghargaan kategori Ide Cerita terbaik di Festival Film Bulanan tahun 2022. Kami sangat bersyukur dan senang.
Dalam Festival tersebut, ada slogan yang selalu disematkan dan kami aminkan.
“karena MAHAKARYA akan selalu menemukan jalannya.”
Pada bulan maret 2023 lalu. Tepat dua bulan setelah diumumkan para pemenang Film Bulanan 2022, kami mendapat kabar, film kami mendapatkan kesempatan bersama para pemenang film lainnya untuk berpartisipasi pada pasar film Internasional, Marche du Films – Festival de Cannes, pada 15-25 Mei 2023 di Palais des Festivals et des Congres, Cannes, Prancis.
Oleh karena itu, dibuatnya Merchandise Gemintang ini adalah salah satu bentuk rasa syukur kami sekaligus membuka dukungan untuk proses kreatif selanjutnya. Seluruh hasil penjualan akan kami kelola, untuk semua kebutuhan yang tentu saja tidak bisa kami lakukan sendirian. Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat, sehingga film Gemintang masih terus melakukan perjalanannya ke titik ini.
Sebagai bentuk terimakasih, para pembeli merchandise resmi film gemintang berhak untuk menonton film gemintang secara gratis pada tanggal 12 dan 13 Mei 2023.